Jumat, 18 Oktober 2024

KEMBALI PULANG (2)

Part 2

Pemandangan kapal dan para penumpang yang siap naik

    Perjalanan Saya berlanjut, dan akhirnya Kami tiba di Dermaga penyebrangan Panajam, Kalimantan Timur. Sebuah Dermaga khusus kapal-kapal Feri melintas membelah teluk Balik Papan. Lega rasanya bisa kembali berjalan-jalan ringan setelah hampir 17 jam duduk di dalam mobil. 

    Travel yang saya tumpangi lebih memilih alternatif jalan pintas menggunakan kapal feri, dari pada harus memutar lewat jalan darat yang akan memakan waktu sekitar 2 jam-an. Lagi pula biaya penyebrangan yang murah mungkin menjadi pertimbangan, selain lebih cepat sampai juga lebih irit BBM.

    Saya memilih untuk naik ke Dek paling atas kapal agar bisa menghirup udara segar, sambil memanjakan mata dengan lautan limbah batu bara hitam yang terlihat sejauh mata memandang di pesisir-pesisr teluk.

Pelabuhan Feri Panajam

    
Yahh, 40 menit berlalu, kapal akhirnya bersandar dan Saya beserta penumpang lain melanjutkan perjalanan. Sesampainya di Kota Balik Papan, Saya menginap di rumah Bapa Isak. Seorang Lelaki paruh baya yang masih memiliki ikatan keluarga jauh. Saya menginap selama satu malam, karena  Kapal yang Saya tumpangi akan berangkat keesokan malamnya.

     Bahagia rasanya, karena setelah duduk 18 jam perjalanan Saya bisa mandi, ganti baju, makan dan tidur dengan punggung lurus di rumah yang nyaman. Saya dan Bapa Isak pun bercerita ringan tentang masa lalu dan bagaimana hubungan dan ikatan keluarga kami terjalin. Ditemani dengan sebungkus rokok Malboro dan secangkir kopi flores asli, mengantar cerita yang menuju pada kesimpulan bahwa Bapa Isak pun akan turut pulang ke kampung bersama Saya.

     Saya bertanya mengapa Beliau ingin ikut dan pulang ke kampung, ehh ternyata Beliau memang sudah berkenginan untuk pulang, namun karena belum menemukan waktu yang tepat, maka niat Beliau untuk pulang sementara masing terhalang. Namun, sayangnya Beliau belum memiliki tiket dan terpaksa menghubungi seorang saudara yang bekerja di bagian layanan tiket kapal.

     Dengan bermodalkan tiket gelap dengan harga yang sedikit lebih mahal, maka keesokan malamnya Kami dengan niat yang mantap, memulai dan melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Semayang, Balik Papan. Begitu sampai, terlihat kepadatan mobil dan orang-orang yang begitu banyak, padahal Kami berangkat 2 jam lebih awal sebelum jadwal check-in.

     karena lalu lintas jalanan yang begitu padat, Kami terpaksa turun  dari taxi dan berjalan sejauh 500 meter untuk masuk ke area Pelabuhan. Suasana berdesak-desakan antara orang-orang begitu hebat, sehingga membuat saya hampir tidak bisa bernapas karena jarak berdiri yang sangat dekat.

     Setelah selesai check-in, kami menunggu sekitar 30 menitan karena kapal yang datang harus menurunkan para penumpang dan muatan barang. Dengan koper disamping bangku sambil menahan kantuk karena capek menunggu. Akhirnya terdengar pengumuman dari pengeras suara bahwa penumpang dengan tujuan berikutnya dipersilahkan masuk.

     Desak-desakan antar Saya dan ribuan orang menuju pintu masuk lorong kapal pun tak terelakan, sampai Saya dan Bapak Isak pun akhirnya terpisah. Namun, kami bisa bertemu kembali di Dek pertama dekat pintu utama kapal. Kami kemudian naik menuju Dek 4, mencari pusat informasi, untuk menanyakan letak room kami.

     Ternyata, tiket Saya dan Bapa Isak berbeda. Tiket Saya full service (lengkap ruang tidur + makan gratis) sedangkan tiket Bapak Isak tidak mendapat kamar. Jadi, kami memutuskan agar barang-barang bawaan Beliau dititipkan ke room Saya.

     Kami bergantian istirahat di room Saya, sembari saya mengawasi dari luar, kadang-kadang petugas kapal melakukan pemeriksaan tiket dadakan. Apesnya jika ketahuan menampung penumpang yang tidak punya tiket room, akan didenda dengan nominal yang lumayan besar. Waduhh, bisa meleot isi dompet saya, sementara perjalan masih jauh. Hahaha

     Kapal ini memiliki kapasitas tampung yang lumayan besar hingga ribuan orang. Di dalamnya terdapat fasilitas hiburan, kamar mandi, restoran dan cafĂ© yang terbilang lumayan lah untuk menghilangkan rasa jenuh selama berada di atas kapal. Dengan rute persinggahan kapal  Balikpapan – Parepare – Makassar – Baubau – Maumere – Larantuka. Penumpang dengan rute perjalanan paling akhir seperti Saya mungkin akan merasa cepat jenuh bila tidak ada fasilitas-fasilitas ini.


    Selama 4 hari terombang ambing di atas kapal, mungkin bagi orang yang pertama kali merasakan sensasi perjalan jauh seperti Saya melalui jalur laut, ini sangat menyenangkan.   
    Di setiap persinggahan dermaganya, Saya selalu naik ke Dek paling atas sekedar untuk melihat proses bongkar muat barang dan penumpang-penumpang yang turun.

     Jika kita beruntung kita akan disuguhi pemandangan sunset yang begitu indah, biasanya Saya dan Bapak Isak akan membeli dua gelas kopi hitam sambil nyeruput memandangi keindahan Tuhan ini.

     Yahh, pada akhirnya meskipun perjalanan Saya memakan waktu yang cukup lama, badan yang selalu saja encok dan terkadang harus berhemat demi bisa sampai ke tujuan. Semua itu terbayar lunas ketika sampai di pulau leluhur Saya (Pulau Adonara), dan melepas rindu dengan orang-orang tercinta.

     


2 komentar: