Setelah menghabiskan empat tahun lebih berdomisili di Palangka Raya, saya menyadari ada satu misteri besar di kota ini yang berkaitan dengan lalu lintas yaitu Klakson.. yah Klakson!!!
Serius! Orang-orang di
sini jarang banget menggunakan klakson. Padahal kita semua tahu, tujuan
diciptakannya klakson itu untuk peringatan bahaya, kan? Bukan untuk beat
musik dangdut.
Saya pernah lihat
kejadian ekstrem. Ada mobil melaju cepat, hampir menabrak motor yang lawan
arah. Saking mepetnya, kita bisa dengar bunyi remnya sampai ngos-ngosan! Tapi
tetap saja... klakson tidak dipakai.
Kok bisa
yah, di kota ini klakson gak digunakan gitu. Bahkan untuk keadaan yang sangat
genting. Sudah kayak sesuatu yang tabu gitu loh kalau membunyikan klakson. Saking jarangnya klakson digunakan di sini, klakson
motor saya sampai kosong gak berbunyi. Entah pergi ke mana hilangnya suara itu.
Mungkin dia depresi karena jarang dipakai.
Nah,
setelah saya teliti lebih dalam, saya sadar: Klakson di Palangka Raya itu
memang diciptakan bukan untuk bahaya. Klakson di sini punya dua fungsi
non-darurat:
Fungsi
Pertama: Menyapa orang yang kita kenal di jalan. Tiiin! Halo Bro! Tiiin tiiin!
Sudah makan belum?
Fungsi
Kedua: Membedakan pendatang dan penduduk lokal.
Anda
bisa tahu mana orang baru atau lama, hanya dari cara dia menggunakan klakson.
Kalau dia orang baru, pasti klaksonnya langsung berbunyi ketika kendaraannya
hendak diserempet. Dia panik, tiit! Awas!
Tapi
kalau dia orang lama, alias penghuni tetap Palangka? Mau diserempet kek, mau
ditabrak kek, mau di-bom juga... klakson tidak bakalan bunyi.

0 komentar:
Posting Komentar